Jumat, 14 November 2014

Alat Musik Tradisional Banten

Alat Musik Tradisional Banten


Pengaruh kerajaan Islam yang masuk pada abad ke-16 menjadikan Banten sebagai salah satu kerajaan Islam yang memiliki pusat pelayaran dan perdagangan dengan Bandar yang kini dikenal sebagai kota “banten lama”. Banten menjadi pusat perdagangan Asia Tenggara dan sebagai pusat perkembangan agama Islam pada masa pemerintahan Sultan Malik Hasanudin dan Sultan Ageng Tirtayasa. Pengaruh Islam tampak kuat pada kesenian tradisionalnya, misalnya pada rampak bedug. Seni ini memperlihatkan keterampilan dan kelincahan memukul bedug, biasanya dimaikan oleh para gadis dengan menggunakan busana muslimah. Kesenian lain yang bernafaskan Islma adalah kesenian Marawis, syaman, terbang gede, beluk, qasidah dan rudat. Selain itu Banten juga dikenal dengan kesenian yang menonjolkan kekebalan misalnya debus yang menggunakan gerakan dasar yang berupa gerakan silat. Pertunjukan debus memperlihatkan kekebalan tubuh terhadap benda tajam dan panas, diantaranya menusukan paku besar di perut tanpa meninggalkan bekas di kulit dan memasak di atas kepala. Kesenian Banten lainnya yaitu rudat, calung renteng, segeng, dodo, rengkong, angklung buhun, penca gacle, almamad, dan ubrug.

Bedug

Rampak Bedug (http://nurulnoe.com)

Merupakan alat musik tabuh seperti gendang. Bedug merupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu, yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun politik. Di Indonesia, sebuah bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu salat atau sembahyang. Bedug terbuat dari sepotong batang kayu besar atau pohon enau sepanjang kira-kira satu meter atau lebih. Bagian tengah batang dilubangi sehingga berbentuk tabung besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang yang berfungsi sebagai membran atau selaput gendang. Bila ditabuh, bedug menimbulkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh.

Rampak bedug adalah sebuah tradisi warisan masa lalu yang muncul di Banten, tepatnya di Pandeglang. Sebuah kota yang memiliki banyak sejarah dan tempat awal lahirnya kerajaan Sunda pertama.

Rampak bedug sendiri berasal dari kata rampak atau kompak. Kompak atau sama pukulannya dan juga gerakannya. Konon dahulu kala sebelum munculnya bedug, sarana untuk menandakan datangnya waktu ibadah umat Islam adalah kentongan, hanya saja bunyi kentongan sering menghasilkan banyak pengertian panggilan. Karena ketika ada malingpun kentongan juga dibunyikan. Maka untuk membedakannya dibuatlah bedug sebagai pasangannya.

Angklung Buhun

Angklung Buhun dan Dogdog Lojor (https://danipicture.wordpress.com)

Angklung buhun merupakan alat musik tradisional khas Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Dinamakan buhun karena kesenian ini lahir bersamaan dengan hadirnya masyarakat Baduy. 

Buhun berarti tua, kuno (baheula). Jadi, maksudnya angklung buhun adalah angklung tua yang menjadi kesenian pusaka masyarakat Baduy. Kesenian ini dianggap memiliki nilai magis (kekuaan gaib) dan sakral.

Skema Angklung (http://djangki.wordpress.com)

Selain itu kesenian ini juga punya arti penting sebagai penyambung amanat untuk mempertahankan generasi masyarakat Baduy.

Saat ini kelompok pemain kesenian angklung buhun sangat jarang ditemui atau dipentaskan. Biasanya kesenian ini sekarang hanya dijumpai pada acara-acara ritual, seperti acara adat Seren Taun di Cisungsang dan Seba di masyarakat Baduy, Kabupaten Lebak.

Kesenian Buhun memiliki karakter kesenian yang sederhana baik dalam lirik atau lagunya. Biasanya menggambarkan alam sekitar sehingga menciptakan suasana yang nyaman, damai, dan harmonis.

Dogdog Lonjor

Dogdog lojor (http://www.datasunda.org)

Dogdog lojor merupakan instrumen musik khas dari daerah Banten Selatan. Instrumen ini dimainkan dengan cara ditabuh, sehingga mengeluarkan bunyi 'dog... dog...'. Bunyi itulah yang menjadi asal muasal nama alat musik ini. Adapun ‘lojor’ berarti panjang, sesuai bentuknya yang memiliki panjang hampir 1 meter.

Alat musik yang terbuat dari kayu ini berbentuk silinder memanjang. Bagian tengahnya dibuat berongga, dengan salah satu sisinya ditutup dengan membran dari kulit kambing. Kulit kambing ini direnggangkan dengan cara diikat dengan seutas tali dari kulit bambu. Tingkat kerenggangan dari kulit kambing ini menentukan bunyi yang dihasilkan.

Dogdog lojor diduga berkembang pertama kali dari Kabupaten Lebak, sisi selatan Banten. Instrumen ini menjadi salah satu pengiring dalam ritual adat masyarakat setempat seperti seren taun atau ruwatan. Tabuhan dogdog lojor dibawakan oleh sejumlah pemain secara riang gembira sebagai wujud rasa syukur akan hasil panen yang melimpah.

Salah satu variasi pengembangan fungsi instrumen ini terwujud dengan adanya prosesi ngadu dogdog. Dalam prosesi ini, dua kelompok pemain dogdog lojor dan angklung yang saling berhadapan dan mengadu ketangkasannya. Masing-masing berupaya memukul dogdog milik lawannya. Adu ketangkasan ini dibungkus dengan gaya jenaka sehingga menjadi tontonan yang menghibur para penonton.

Pantun Bambu

Pantun Bambu (http://disbudpar.bantenprov.go.id)

Pantun adalah alat musik tradisional khas rakyat Cilegon uang terbuat dari bambu berdiameter rata-rata 10 cm panjang 80 cm, beruas dua dengan lubang ditengah dan berlidah disayat dengan tiga buah senar sembilu beranda empat tangga nada. Dalam satu grup pantun bambu dibutuhkan paling sedikit tiga pantun yang terdiri dari pantun melodi gendang tepak, pantun bas gendang bung dan pantun ritme gendang blampak, yang apabila dimainkan secara serempak akan menimbulkan bunyi mirip atau nyaris sama dengan iringan patingtung. Pada awalnya musik pantun dimainkan disaat-saat melepas lelah setelah para petani bekerja sawah, dengan peralatan bambu sederhana saapat menimbulkan irama yang menghibur. Dalam perkembangannya saat ini alat musik “pantun” telah banyak dikolaborasi dengan alat musik lainnya seperti musik patingtug, rudat, terbang gede dan sebagainya. Pantun sekarang ini juga digunakan untuk mengiringi lagu dan tarian.

Lesung atau Lisung 

Bedrong lesung (http://kampung-seni-yudha-asri.blogspot.com)

Lesung merupakan tempat untuk menumbuk padi, yang dipukul dengan alu (gagang/tongkat) penumbuk padi akan menimbulkan alunan irama yang yang khas dan enak didengar, yang biasanya dilakukan enam orang.

Lesung yang dipukul-pukul merupakan salah satu kesenian masyarakat Cilegon, Banten, dinamakan Bedrong Lesung.

Awalnya kesenian ini merupakan tradisi masyarakat setempat dalam menyambut Panen Raya, dengan tujuannya untuk mengungkapkan kebahagiaan atas jerih payah yang dilakukan, dan yang telah membuahkan hasil.

Budaya Banten | Adat Istiadat Provinsi Banten

Budaya Banten | Adat Istiadat Provinsi Banten

Posted by blogcepeddie pada 3 Mei 2012
Provinsi Banten merupakan salah satu Provinsi termuda di Indonesia dengan pusat pemerintaah di Kota Serang, Provinsi banten berdiri pada tahun 2000 dengan keputusan undang undang Nomor 23 Tahun 2000. Provinsi yang dijuluki sebagai Serambi Madinah ini memiliki berbagai kesenian dan budaya seperti diri Pencak silat, Debus, Rudad, Umbruk, Tari Saman, Tari Topeng, Tari Cokek, Dog-dog, Palingtung, dan Lojor.
Budaya Banten Seni Kebudayaan Tradisional Daerah Propinsi Banten – Mengenal khasanah kebudayaan Banten salah satu provinsi yang ada di Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi Banten dulunya adalah bagian dari daerah Provinsi Jawa Barat.
Hampir sebagian besar masyarakat penduduk Banten memeluk agama Islam dengan semangat religius yang tinggi. Salah satu ciri khas dari budaya masyarakat yang ada Banten adalah seni bela diri Pencak silat, serta Debus yang sudah sangat terkenal sebagai salah satu sni tradisional milik Banten. Banten juga memiliki seni Rudad, Umbruk, Tari Saman, Tari Topeng, Tari Cokek, Dog-dog, Palingtung, dan Lojor.
Adalah suku Baduy yang merupakan suku asli penduduk Banten. Suku Baduy ini masih terjaga keasliannya dan masih menjaga tradisi anti modernisasi. Mereka masih menggunakan cara tradisional dalam kehidupannya baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya. Suku Baduy terdapat di daerah kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.
Dalam hal bahasa masyarakat asli Banten berbicara dengan menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno. Adapaun pembagian dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar dalam bahasa Sunda modern. Dan ini masih dibagi menjadi beberapa tingkatan dari tingkat halus sampai tingkat kasar (informal).
Banten memiliki Rumah adat yaitu rumah panggung yang atapnya di buat dari daun dan lantainya dibuat dari pelupuh yaitu semacam tumbuhan bambu yang dibelah-belah. Sedangkan untuk dindingnya terbuat dari bilik (gedek). Sebagai bahan penyangga rumah panggung adalah terbuat dari batu yang sudah dibuat sedemikian rupa sampai menjadi berbentuk balok yang ujungnya makin mengecil seperti batu yang digunakan untuk alas menumbuk beras. Rumah adat Banten ini masih dapat di jumapai di daerah yang dihuni oleh orang Kanekes atau disebut juga orang Baduy.
Budaya Banten, Seni Tradisional Banten, Kebudayaan daerah Banten, Seni kebudayaan propinsi Banten, Banten Indonesia.
Debus
Kesenian ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalnya kesenian ini mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama, namun pada masa penjajahan belanda dan pada saatpemerintahan Sultan Agung Tirtayasa.
Seni beladiri ini digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat banten melawan penjajahan yang dilakukan belanda. Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang, belanda yang mempunyai senjata yang sangat lengkap dan canggih. Terus mendesak pejuang dan rakyat banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri debus, dan mereka melakukan perlawanan secara gerilya.

Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar. Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain.
Atraksi kekebalan badan ini merupakan variasi lain yang ada dipertunjukan debus. Antara lain, menusuk perut dengan benda tajam atau tombak, mengiris tubuh dengan golok sampai terluka maupun tanpa luka, makan bara api, memasukkan jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus dan tidak terluka. Mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan.
Dalam melakukan atraksi ini setiap pemain mempunyai syarat syarat yang berat, sebelum pentas mereka melakukan ritual ritual yang diberikan oleh guru mereka. Biasanya dilakukan 1-2 minggu sebelum ritual dilakukan.
Selain itu mereka juga dituntut mempunyai iman yang kuat dan harus yakin dengan ajaran islam. Pantangan bagi pemain debus adalah tidak boleh minum minuman keras, main judi, bermain wanita, atau mencuri. Dan pemain juga harus yakin dan tidak ragu ragu dalam melaksanakan tindakan tersebut, pelanggaran yang dilakukan oleh seorang pemain bisa sangat membahayakan jiwa pemain tersebut.
Debus mempunyai hubungan dengan tarekat didalam ajaran islam. Yang intinya sangat kental dengan filosofi keagamaan, mereka dalam kondisi yang sangat gembira karena bertatap muka dengan tuhannya. Mereka menghantamkan benda tajam ketubuh mereka, tiada daya upaya melainkan karena Allah semata. Kalau Allah tidak mengijinkan golok, parang maupun peluru melukai mereka. Dan mereka tidak akan terluka.
Pada saat ini banyak pendekar debus bermukim di Desa Walantaka, Kecamatan Walantaka, Kabupaten Serang. Yang sangat disayangkan keberadaan debus makin lama kian berkurang, dikarenakan para pemuda lebih suka mencari mata pencaharian yang lain. Dan karena memang atraksi ini juga cukup berbahaya untuk dilakukan, karena tidak jarang banyak pemain debus yang celaka karena kurang latihan maupun ada yang “jahil” dengan pertunjukan yang mereka lakukan.
Sehingga semakin lama warisan budaya ini semakin punah. Dahulu kita bisa menyaksikan atraksi debus ini dibanyak wilayah banten, tapi sekarang atraksi debus hanya ada pada saat event – event tertentu. Jadi tidak setiap hari kita dapat melihat atraksi ini. Warisan budaya, yang makin lama makin tergerus oleh perubahan jaman.
Ban masih bnyak lagi kesenian dari Provinsi Banten

Jenis Kesenian Tradisional Banten

 Jenis Kesenian Tradisional Banten


Angklung Gubrag

Angklung Gubrag Merupakan salah satu kesenian tradisional yang sudah langka, namun masyarakat Desa Kemuning, Kecamatan Kresek – Kabupaten Tangerang masih melestarikan kesenian Angklung Gubrag pada acara khitanan, perkimpoian dan selamatan kehamilan. Pada masa lalu kesenian Angklung Gubrag dilaksanakan pada saat ritual penanaman padi dengan maksud agar hasil panen berlimpah. Instrumen yang digunakan 6 buah angklung menggunakan bambu hitam, masing-masing memiliki nama: bibit, anak bibit, engklok 1, engklok 2, gonjing dan panembal, dilengkapi dengan terompet kendang pencak dan seruling. Di atas angklung dikaitkan pita yang berasal dari kembang wiru, menurut kepercayaan kembang wiru dan air yang berasal dari angklung dipercaya dapat menjadi obat dan penyubur tanaman. Semua pemain berdiri tidak menari kecuali penabuh dogdog lojor menabuh sambil ngibing diiringi beberapa penari perempuan dengan kostum kebaya dan kain.

Bendrong Lesung

Bendrong Lesung merupakan salah satu kesenian tradisional masyarakat Cilegon-Banten, yang tumbuh dan berkembang secara turun temurun di masyarakat hingga saat ini. Awalnya kesenian ini merupakan tradisi masyarakat setempat dalammenyambut Panen Raya. Tujuannya untuk mengungkapkan kebahagiaan atas jerih payah yang dilakukan, dan yang telah membuahkan hasil.
Dalam perkembangannya, Bendrong Lesung tidak hanya ditampulkan pada penyambutan Panen Raya, tetapi ditampilkan juga pada acara-acara pesta perkimpoian atau upacara peresmian. Bendrong Lesung memadukan musik Lesung atau Lisung (tempat menumbuk padi) dengan musik lainnya yang dimainkan oleh beberapa orang.

Debus

Debus adalah seni pertunjukan yang memperlihatkan permainan kekebalan tubuh terhadap pukulan, tusukan, dan tebasan benda tajam. Dalam pertunjukanya, debus banyak menampilkan aktraksi kekebalan tubuh sesuai dengan keinginan pemainnya. Pada masa pemerintahan sultan ageng tirtayasa sekitar abad ke-17 ( 1651-1652), debus difokuskan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah. Pada perkembangan selanjutnya, debus menjadi salah satu bagian ragam seni budaya masyarakat banten sehingga kesenian ini banyak digemari oleh masyarakat sebagai hiburan yang langka dan menarik di banten, permainan debus berkembang di kabupaten lebak, pandeglang, kota cilegon dan kota serang.


Dzikir Saman

Seni Saman atau disebut juga Dzikir Maulud yaitu kesenian tradisional rakyat Banten khususnya di Kabupaten Pandeglang yang menggunakan media gerak dan lagu (vokal) dan syair-syair yang dilantunkan mengagungkan Asma Allah dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW. berdasarkan literatur disebut Dzikir Saman karena berkaitan arti Saman yaitu Delapan dan dicetuskan pertama kali oleh Syech Saman dari Aceh. Tari Saman berasal dari Kesultanan Banten yang dibawa para ulama pada abad 18 sebagai upacara keagamaan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada bulan Maulud, namun dalam perkembangan selanjutnya dapat pula dilakukan pada upacara selametan khitanan, pernikahan atau selametan rumah. pemain seni Dzikir Saman berjumlah antara 26 sampai dengan 46 orang. 2 sampai 4 orang sebagai vokalis yang membacakan syair-syair Kitab.

Kesenian Buaya Putih

Kesenian tradisional yang berkembang di kampung curugdahu desa kadubeureum kecamatan padarincang kabupatne serang, iringan ngarak buaya putih biasanya dilakukan dalam kegiatan mengirimkan bahan-bahan keperluan hajatan yang menjadi ciri khas daerah setempat, dimana keperluan hajatan ditata sedemikian rupa pada sebatang pohon bambu yang dibentuk rangka mirip seekor buaya, dengan panjang mencapai 8 sampai 10 meter, dengan dihiasi janur kelapa. Buaya putih dimainkan secara keseluruhan oleh 40 orang, dimana 4 orang pemain laki-laki yang bertugas memegang umbul-umbul sebagai pembatas barisan, 2 orang bagian paling depan dan 2 orang lagi sebagai pemegang spanduk, 1 orang sebagai penarik penonton, di belakang 10 orang sebagai penari mojang desa, berdiri sepasang pengantin yang diapit kedua orang tua yang di lengkapi dengan seorang pembawa payung kebesaran. Dibagian tengah terdapat 4 orang sebagai pemikul buaya putih yang harus mampu memainkan buaya putih dengan baik, dibawah kendali seoranag pawang buaya yang bernama ma ijah, tarian buaya putih ini diiringi oleh 14 orang pemain musik rudat, dengan alat yang terdiri dari : Gending paria ria, kemplongan, dan gembrung.

Pantung Bambu

Pantung Bambu adalah alat musik tradisional khas masyarakat cilegon yang terbuat dari bambu berdiameter rata-rata 10cm, panjang 80cm, beruas dua dengan lubang di tengah dan berlidah disayat dengan tiga buah senar bernada empat tangga nada. Dalam satu grup pantun bambu dibutuhkan paling sedikit tiga pantun yang terdiri dari pantun melodi gendang tapak, pantun bas gendang dan pantun ritme patingtung. Pada awalnya musik pantun di mainkan disaat-saat melepas lelah setelah para petani berkerja disawah, dengan peralatan bambu sederhana dapat menimbulkan irama yang menghibur. Dalam perkembangannya saat alat musik "Pantun" telah di kolaborasi dengan alat musik lainnya seperti musik patingtung, rudat, terbang gede dan sebagainya. Pantun sekarang ini juga digunakan untuk mengiringi lagu dan tarian.

Terbang Gede

Terbang gede merupakan salah satu kesenian tradisional Banten yang tumbuh dan berkembang pada waktu para penyebar agama islam menyebarkan ajarannya di Banten, oleh karena itu kesenian terbang gede berkembang secara pesat di lingkungan pesantren dan mesjid-mesjid. Kesenian ini disebut terbang gede karena salah satu instrumen musik utamanya adalah terbang besar (gede). Pada awalnya kesenian terbang gede berfungsi sebagai sarana penyebaran agama islam, namun kemudian berkembang sebagai upacara ritual seperti : ngarak panganten, ruwatan rumah, syukuran bayi, hajat bumi, dan juga hiburan. Terbang gede dimainkan oleh beberapa orang biasanya laki-laki yang telah lanjut usia terdiri atas Penabuh terbang gede (besar) , penabuh sela, penabuh pengarak, penabuh kempul, penabuh koneng, yang diiringi dengan sholawatan nabi dengan bahasa Arab ataupun jawa.

Rampak Beduk

Rampak Beduk merupakan sajian instrumen berupa perkusi, yang ditingkahi suara bedug berbagai ukuran. Ada empat bedug diikat kain merah biru, yang dipukul oleh pemain yang berdiri di tengah. Di pinggirannya, kelompok musik menimpali dengan bedug berbagai ukuran. Sesekali suara terdengar dari mulut para pemainnya, mirip suara musik tiup. Namun, tak ada sajian instrumen tiup. Yang terdengar, suara harmonis antara bedug dan para vokalis tradisi saling menyahut. Seni Rampak Bedug berawal dari kebiasaan penduduk berkeliling kampung sambil memukul bedug kala sahur di bulan puasa. Yang kemudian dijadikan ajang untuk beradu keras memukul bedug. Alhasil terjadilah pertemuan antar mereka, saling beradu kekuatan bedug. Tari Rampak Beduk Banten dimainkan oleh secara masal. Sekilas, gerakannya mirip tarian dari daerah Aceh.

Sumber : Indowebster.com

Lambang Banten

Lambang Banten

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lambang Provinsi Banten
Perangko Lambang Provinsi Banten
Lambang daerah banten berbentuk sebagai sebuah perisai. Dalam perisai ini terlukis sebuah pintu gerbang atau gapura. Kemudian di tengahnya ada gambar menara Masjid Agung Banten yang di sisi kiri dan kanan dilingkari dengan padi dan kapas. Lalu di bawahnya ada gambar gelombang air dan gerigi disertai ditengahnya terdapat landasan pacu bandara 

5 Jenis Tarian Daerah Banten.

Angklung Buhun

Angklung buhun adalah alat musik tradisional khas Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Dinamakan buhun karena kesenian ini lahir bersamaan dengan hadirnya masyarakat Baduy. Buhun berarti tua, kuno (baheula ). Angklung buhun adalah angklung tua yang menjadi kesenian pusaka masyarakat Baduy. Kesenian ini dianggap memiliki nilai magis (kekuaan gaib) dan sakral. Selain itu kesenian ini juga punya arti penting sebagai penyambung amanat untuk mempertahankan generasi masyarakat Baduy.
Debus
Debus adalah seni pertunjukan yang memperlihatkan permainan kekebalan tubuh terhadap pukulan, tusukan, dan tebasan benda tajam. Dalam pertunjukanya, debus banyak menampilkan aktraksi kekebalan tubuh sesuai dengan keinginan pemainnya. Pada masa pemerintahan sultan ageng tirtayasa sekitar abad ke-17 ( 1651-1652), debus difokuskan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah. Pada perkembangan selanjutnya, debus menjadi salah satu bagian ragam seni budaya masyarakat banten sehingga kesenian ini banyak digemari oleh masyarakat sebagai hiburan yang langka dan menarik di banten, permainan debus berkembang di kabupaten lebak, pandeglang, kota cilegon dan kota serang.
Dzikir Saman
Seni Saman atau disebut juga Dzikir Maulud yaitu kesenian tradisional rakyat Banten khususnya di Kabupaten Pandeglang yang menggunakan media gerak dan lagu (vokal) dan syair-syair yang dilantunkan mengagungkan Asma Allah dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW. berdasarkan literatur disebut Dzikir Saman karena berkaitan arti Saman yaitu Delapan dan dicetuskan pertama kali oleh Syech Saman dari Aceh. Tari Saman berasal dari Kesultanan Banten yang dibawa para ulama pada abad 18 sebagai upacara keagamaan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada bulan Maulud, namun dalam perkembangan selanjutnya dapat pula dilakukan pada upacara selametan khitanan, pernikahan atau selametan rumah. pemain seni Dzikir Saman berjumlah antara 26 sampai dengan 46 orang. 2 sampai 4 orang sebagai vokalis yang membacakan syair-syair Kitab.
Kesenian Buaya Putih
Kesenian tradisional yang berkembang di kampung curugdahu desa kadubeureum kecamatan padarincang kabupatne serang, iringan ngarak buaya putih biasanya dilakukan dalam kegiatan mengirimkan bahan-bahan keperluan hajatan yang menjadi ciri khas daerah setempat, dimana keperluan hajatan ditata sedemikian rupa pada sebatang pohon bambu yang dibentuk rangka mirip seekor buaya, dengan panjang mencapai 8 sampai 10 meter, dengan dihiasi janur kelapa. Buaya putih dimainkan secara keseluruhan oleh 40 orang, dimana 4 orang pemain laki-laki yang bertugas memegang umbul-umbul sebagai pembatas barisan, 2 orang bagian paling depan dan 2 orang lagi sebagai pemegang spanduk, 1 orang sebagai penarik penonton, di belakang 10 orang sebagai penari mojang desa, berdiri sepasang pengantin yang diapit kedua orang tua yang di lengkapi dengan seorang pembawa payung kebesaran. Dibagian tengah terdapat 4 orang sebagai pemikul buaya putih yang harus mampu memainkan buaya putih dengan baik, dibawah kendali seoranag pawang buaya yang bernama ma ijah, tarian buaya putih ini diiringi oleh 14 orang pemain musik rudat, dengan alat yang terdiri dari : Gending paria ria, kemplongan, dan gembrung.
Pantung Bambu
Pantung Bambu adalah alat musik tradisional khas masyarakat cilegon yang terbuat dari bambu berdiameter rata-rata 10cm, panjang 80cm, beruas dua dengan lubang di tengah dan berlidah disayat dengan tiga buah senar bernada empat tangga nada. Dalam satu grup pantun bambu dibutuhkan paling sedikit tiga pantun yang terdiri dari pantun melodi gendang tapak, pantun bas gendang dan pantun ritme patingtung. Pada awalnya musik pantun di mainkan disaat-saat melepas lelah setelah para petani berkerja disawah, dengan peralatan bambu sederhana dapat menimbulkan irama yang menghibur. Dalam perkembangannya saat alat musik "Pantun" telah di kolaborasi dengan alat musik lainnya seperti musik patingtung, rudat, terbang gede dan sebagainya. Pantun sekarang ini juga digunakan untuk mengiringi lagu dan tarian.
Rampak Beduk
Rampak Beduk merupakan sajian instrumen berupa perkusi, yang ditingkahi suara bedug berbagai ukuran. Ada empat bedug diikat kain merah biru, yang dipukul oleh pemain yang berdiri di tengah. Di pinggirannya, kelompok musik menimpali dengan bedug berbagai ukuran. Sesekali suara terdengar dari mulut para pemainnya, mirip suara musik tiup. Namun, tak ada sajian instrumen tiup. Yang terdengar, suara harmonis antara bedug dan para vokalis tradisi saling menyahut. Seni Rampak Bedug berawal dari kebiasaan penduduk berkeliling kampung sambil memukul bedug kala sahur di bulan puasa. Yang kemudian dijadikan ajang untuk beradu keras memukul bedug. Alhasil terjadilah pertemuan antar mereka, saling beradu kekuatan bedug. Tari Rampak Beduk Banten dimainkan oleh secara masal. Sekilas, gerakannya mirip tarian dari daerah Aceh.

Pakaian Khas Banten

Berikut ini adalah Pakaian Adat Khas Banten

Digital Camera
16 CapsulX Perdagangan Suku Badui
69.e-Mengenal-Lebih-Dekat-dengan-Suku-Baduy
4549_ctg_kampus_1169
angklung buhun
BaduyPeriksakesehatan-110312-2-jpg_082529  img_20111210213810_4ee36ed2c5099
Lampung1
Tiap pakaian adat memiliki ciri khas masing-masing, dan ciri khas dari banten adalah pakaian seperti yang diatas itu. Ciri khas kesundaan nya terlihat, karena dahulu banten merupakan bagian dari Jawabarat.
Selain itu banten juga memiliki pakaian adat khas lain yaitu pakaian adat dari Baduy. Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan “Baduy” merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden).
Semoga informasi mengenai Pakaian adat khas banten ini bermanfaat.

Makanan Khas Provinsi Banten

makanan khas provinsi banten


Makanan Khas Daerah Serang







Disetiap Daerah, Kota, maupun Negeri pasti memiliki sesuatu ciri khas baik itu monument ataupun makanan sekalipun. untuk kali ini saya akan menceritakan makanan khas dari kota kelahiran saya yaitu Serang Banten.
Di Serang Banten terkenal sekali dengan makanan yang bernama Sate Bandeng, tapi sate bandeng yang satu ini berbeda dengan yang lain biasanya banyak orang tidak menyukai ikan bandeng karena memiliki banyak tulang jadi orang-orang sulit untuk memakannnya. tapi sate bandeng yang satu ini tidak memiliki tulang dan tidak usah takut untuk memakannya.

Cara membuat sate bandeng yang saya ketahui :
1. Kita bersihkan ikan bandeng dari sisik dan kotoran, lalu keluarkan daging dan tulangnya dari kulitnya, jangan sampai rusak ya kulitnya.
2. lalu kita buang tulangnya, sehingga tinggal tersisa dagingnya saja.
3. daging tersebut dicincang halus dan diberi bumbu-bumbu penyedap dan tambahan lainnya sehingga menjadi adonan.
4. setelah adonan selesai, masukan adonan tersebut kedalam kulit yang tadi sudah dibersihkan dari tulang dan daging sehingga setelah adonan dimasukan kedalam kulit lagi terlihat seperti ikan bandeng kembali yang belum dikeluarkan daging dan tulangnya.
5. lalu jepit ikan tersebut dibambu agar mudah untuk membakarnya, dan adonan yang masih ada dilapiskan lagi ke ikan bandeng tersebut.

Gambar : sate bandeng saat sedang dibakar dan dilumuri adonan lagi diatasnya.
Setelah sate bandeng matang, siap untuk disajikan dan disantap, rasa sate bandeng ini adalah manis dan gurih.
Silakan mencoba atau datang langsung ke Kota Serang Banten.

Gambar : Sate bandeng yang telah matang dan siap dinikmati.
selain Sate Bandeng, ada juga nih :
NASI SUM-SUM 
Nasi bercampur sum-sum tulang kerbau atau  kambing ini merupakan makanan khas serang, nasi sum-sum dimasak dengan cara dibakar sehingga menghasilkan aroma serta cita rasa istimewa yang dapat membangkitkan selera makan. Meski tergolong makanan langka, nasi sum-sum masih dijual di beberapa rumah makan di Serang.Para penjual awalnya menyiapkan bahan-bahan nasi sum-sum di rumah seperti sum-sum tulang kerbau ataupun kambing, sedangkan nasi dimasak secara terpisah. Adapun bumbu yang akan menentukan rasa nasi sum-sum ditumbuk. Setelah itu, bumbu dicampurkan dengan nasi dan sum-sum tulang kerbau ataupun kambing.
Campuran nasi dan sum-sum yang telah diberi bumbu kemudian dibungkus daun. Bungkusan nasi sum-sum tersebut selanjutnya dibakar di atas bara api di tempat berjualan. Jika siap untuk disajikan nasi ini berwarna kuning yang di bungkus dengan daun pisang mirip pepes yang hampir gosong warna daunnya. Aroma nya cukup menggugah selera, selain harum akan daun serai nya lalu bau dari sum-sum nya akan lebih terasa di sekitarnya. Nasi sum-sum biasanya dihidangkan bersama telor asin, sambel kacang dengan emping sebagai kerupuknya.
            Bahan untuk membuat Nasi Sum-sum ini adalah : beras putih, sum-sum sapi atau kambing, daun salam, daun sere, lengkuas, bawang merah, bawang putih, cabe rawit, cabe merah, tomat, garam dan minyak goreng.
            NASI UDUK
            Makanan yang satu ini emang banyak di temui di sepanjang jalan Kota Serang. Bahan untuk membuat Nasi Uduk adalah : beras putih, santan kelapa, daun salam, daun sere, lengkuas, garam dan penyedap.
            NASI SAMIN/KEBULI
            Makanan yang satu ini emang banyak di temui dimana-mana di Jakarta misalnya, karena makanan ini makanan yang dibawa oleh bangsa Arab waktu zaman kesultanan, dan masakan ini biasa disajikan dimasyarakat Serang jika sedang melangsungkan pernikahan ataupun sunatan, Bahan untuk membuat Nasi samin atau kebuli adalah : beras putih, minyak samin, daun salam, daun sere, lengkuas, biji pala, kayu manis, cengkeh, jinten, garam dan penyedap.
            KETAN BINTUL
Di Banten ada tradisi yang sudah berlangsung sejak 15 Abad yang lalu, suatu kebiasaan yang sangat sulit untuk dilupakan, karena kebiasaan ini hadir bukan hanya sebagai santapan pembuka dibulan Ramadhan saja, tetapi sudah menjadi makanan keseharian bagi masyarakat Banten dari berbagai macam kalangan dan golongan.
Namun Ketan Bintul akan lebih mudah kita jumpai pada saat bulan Ramadhan disepanjang daerah pinggiran pasar lama Serang, karena bagi masyarakat serang sendiri keberadaan Ketan Bintul dibulan Ramadhan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan. “Tanpa Ketan Bintul dibulan Ramadhan ini, terasa tidak puasa”, begitulah pemikiran yang sudah mengakar di Serang. Konon menurut cerita dari orang-orang tua terdahulu, ketan bintul merupakan makanan kegemaran Sultan Maulana Hasanuddin, seorang pangeran yang menjadi panutan masyarakat kerajaan Banten pada waktu itu. Padahal makanan ini diketahui adalah makanan khas rakyat biasa. Karena seorang Sultan memiliki budi pekerti yang tinggi dan selalu menjadi contoh ahlak dan prilakunya dimata rakyatnya, maka sejak rakyat mengetahui seorang Sultan juga menyukai ketan bintul, maka sejak itulah mulai menjadi budaya, bila seseorang berbuka puasa dengan ketan bintul maka seakan-akan menghargai dan menghormati Sultan.
            Dan ada kebanggaan tersendiri saat menikmatinya. Padahal kita tahu kental bintul dilihat dari model, rupa dan bahan yang sama dengan uli atau gemblong makanan khas lain yang ada di Banten juga. Bahkan bahan dan cara pembuatannya tidak jauh berbeda yakni dari beras ketan.
            Ketan bintul terbuat dari beras ketan yang dikukus, setelah nampak matang, lalu di letakan pada sebuah wadah yang sudah disiapkan, dahulu wadah tersebut dari bekas karung beras yang terbuat dari plastik yang tidak ada gambarnya atau merknya karena akan mengotori ketan yang akan ditumbuk ketika gambar itu luntur, diletakan dibawah pada lantai atau semen yang rata sebagai tilam. Ketan yang sudah dipastikan matang tersebut kemudian ditumbuk halus masih dalam keadaan panas dengan sebuah alu kayu yang ujungnya diberi pelapis dari plastik atau alat penumbuk lainnya yang bersih dan tidak mudah luntur.Menumbuknyapun harus dengan tenaga yang besar, disini perlu diperhatikan beras yang sudah menjadi ketan tersebut jangan sampai kehilangan panasnya, agar pada saat menumbuk cepat halus dan empuk.
            Makanya membutuhkan kecepatan dan kecermatan serta mengerti betul bagian-bagian mana yang belum tertumbuk.Sambil membolak-balik penumbukan terus dilakukan hingga diyakini tidak ada bagian sedikitpun yang tidak tertumbuk. Memang melakukannya tidak boleh ada istirahat, karena panas yang dikandung pada ketan akan cepat menguap dan lekas menjadi dingin, bila ini yang terjadi ketan akan sangat keras ditumbuknya maka akan sulit mendapatkan hasil yang bagus dan sempurna, kemungkinan juga hasilnya akan gagal. Apabila sudah terlihat rata halusnya yang ditandai lengketnya uli (ketan yang sudah ditumbuk halus), segera beberkan atau dibentuk sesuai keinginan tebal dan ukurannya, yang umum dijajakan pedagang biasanya berbentuk wajik yang dibungkus dengan daun pisang, agar awet dan tetap nampak kelihatan putih.Setelah itu siapkan parutan kelapa sesuai kebutuhan, lalu disangrai (digoreng tanpa minyak goreng), sampai terus diaduk-aduk agar merata matangnya.Kalau sudah nampak kecoklat-coklatan ditiriskan beberapa menit, kemudian digerus dengan menggunakan alat penggerus dari batu kali yang umum dipakai oleh ibu-ibu rumah tangga, sampai halus benar. Bila sudah halus tambahkan gula pasir dan garam halus, satukan biar merata benar manis dan asinnya.
            Untuk menggugah selera ambil cabai merah secukupnya, iris kecil-kecil memanjang.Kemudian buatlah goreng bawang merah agar harum dan beraroma, Pisahkan dengan bubuk sangrai kelapa tadi (bintul) jangan dicampur. Menjelang berbuka puasa tiba sajikan uli yang sudah dipotong-potong tadi lalu taburkan diatasnya bintul, irisan cabai merah dan goreng bawang merah, ditemani segelas kopi atau teh manis, kelezatan dan kenikmatannya tak terbayangkan.
RABEG 
Siapa yang tak kenal dengan sajian kuliner khas Serang yang satu ini ?
Mungkin sebagian masyarakat serang pada umumnya cukup mengenal Rabeg di berbagai daerah kota maupun di kabupaten. Karena terkenalnya menu masakan ini, hampir di berbagai tempat di daerah provinsi Banten dan sekitarnya, menu masakan ini banyak kita jumpai di berbagai tempat, baik di pusat jajanan lokal, di pasar tradisional maupun di rumah makan yang menjual aneka jajanan dan masakan khas Banten. Rabeg merupakan salah satu bagian dari masakan khas kuliner Kota Serang. Berkembangannya hingga saat ini masih tetap di lestarikan oleh masyarakat setempat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya para pedagang yang menjual menu masakan ini.Rabeg adalah sejenis masakan yang menghidangkan daging kambing mirip dengan semur betawi tapi lebih berkuah.
Bahan untuk membuat rabeg ini adalah : daging kambing, daun salam, lengkuas, bawang merah, bawang putih, cabe rawit, jahe, jinten, pala bubuk, kayu manis, cuka, kecap manis, gula merah, garam dan minyak goreng.
Rasa dari masakan ini manis pedas seperti semur bercampur tongseng, yang paling menonjol dari rasanya adalah jahe dan ladanya. Masakan ini cukup menghangatkan perut, selain dengan rasanya yang pedas dan hangat di tambah dengan daging kambingnya yang tinggi akan kolesterolnya. Rabeg biasanya dapat kita jumpai di saat pesta dan selamatan, yaitu pesta pernikahan dan akikahan kelahiran anak.Pada umumnya, di setiap acara pernikahan maupun khitanan rabeg selalu menjadi sajian utama.Adapun yang menjadi teman makanan rabeg adalah nasi samin.Persaingan bisnis rumah makan yang menyajikan menu rabeg sebagai andalannya memang bukan hal baru lagi bagi H. Markam.Dengan konsistensi menggeluti usaha rumah makan ini, H. Markan tetap mempunyai pelanggan setia.Namun saat ini perkembangan nya sudah meluas dan sudah di jadikan sebagai lahan bisnis. Karena bukan hanya masyarakat Serang saja yang dapat menikmatinya akan tetapi masyarakat luar Serang pun sudah banyak yang menggemarinya.
Selamat mencicipi ya kawan